Kumpulan Cerpen Tiga paragraf : Mati

Cerpen mini - unsplash

Ngobrol

Dua perawat berbaju hazmat ditanya oleh Malaikat.
Hey, Bro kau mati gegara kena Covid ya? Nggih saestu, Kat. Aku mati karena tertular covid dari pasien yang aku rawat.

Nah. Kau juga mati gegara covid, Bro? Enggak, Kat! Gue tu mati gegara gak kuat overdosis keringat!

Bah... Bodoh kali kau! Makanya jangan kecapekan. Banyakin Istirahat! Udah mati gini nyesel, kan Lu!

Sekelebat

Semalam dari balik jendela, aku terhenyak melihat sekelebat bayangan hitam tiga kali lalu lalang di depan kamar mayat. Sekejap kemudian bayangan itu terbang menabrakku. Mataku mendadak gelap, tubuhku ambruk, aku pingsan.

Pagi ini kulihat wajah sepotong mayat tersenyum menyambut aku yang siuman. Aku baru sadar, bayangan hitam semalam bukanlah hantu, melainkan seekor malaikat yang mengutukku menjadi seonggok mayat.

Ketukan

Bunyi ketukan ditimpali decit pintu kamar membuka kedua kelopak mataku. Lalu kudengar sayup langkah kaki terseok-seok mendekatiku yang terbujur lemas. Kupikir itu si Mbak Perawat cantik, ternyata si Om Malaikat burik. Yah. Aku kecewa.

Bungkus

Aku kasihan melihat nafas lima orang putih-putih rapat itu mengap-mengap, sepertinya kewalahan. Akhirnya, pada lapisan kresek kedua, kuputuskan untuk membantu mereka membungkus jenazahku.

Amis

Aku heran. Bau amis darah masih menusuk-nusuk lubang hidungku. Padahal tadi Pak Tua itu sudah memandikan remukan kepalaku sampai tidak ada satupun darah yang tersisa.

Obat

Mbak Perawat, Kenapa aku tidak kau beri obat lagi? Tolong dong! mintakan resep obat ke Pak dokter supaya aku segera sembuh dari kematian ini.

Gila

Emak, Bapak, Kakak, Adik, Paklik, semua yang ada di ruangan ini sudah pada gila! Bisa-bisanya mereka menangisi diriku, padahal tadi aku cuma pergi sebentar untuk kencan dengan Mbak Perawat Cantik. Berhenti nangis! Ini aku udah balik lagi, woi!

Komentar

Postingan Populer